12 Juli 2008

kamuflase bernama pemilu

Sekali lagi, rakyat indonesia dihadapkan pada sebuah drama baru, perhelatan akbar bernama pemilihan umum, yang di eufimis kan menjadi "pesta demokrasi". Istilah pesta demokrasi sendiri tidak diketahui adalah warisan dari pemerintahan Soeharto, yang memang memiliki strategi yang sangat jitu dalam menggunakan metafor dan eufimisme kata-kata.
Yang menjadi pertanyaan kini adalah benarkah pemilu adalah benar-benar pesta demokrasi, jika sampai sejauh ini ajang pemilu hanya melahirkan koruptor-koruptor baru, serta menjadi sebuah pintu gerbang bagi mereka yang akan menumpukkan pundi-pundi uang. Istilah yang tepat untuk pemilu adalah pesta elite politik.!!
Seperti telah diketahui, partai peserta pemilu tumbuh seperti jamur di musim penghujan, tentu saja dengan visi dan misi yang yahud, luar biasa dan ambisius, apalagi kalau bukan untuk mensejahterakan rakyat.
Namun rakyat terlanjur apatis dan skeptis, bahkan tak jarang mungkin mereka berpikir, "lebih baik kembali ke jaman soeharto". Bisa jadi benar, karena stabilitas sosial politik adalah mutlak untuk negeri yang sedang membangun.
Namun jaman harus berubah, dan ternyata Indonesia atau tepatnya para elite yang belum siap atau tidak mampu untuk mengikuti arus perubahan, karena tidak didukung oleh moralitas dan sistem pendukung yang bagus.
Undang-undang seperti dibuat hanya untuk kepentingan sesaat mereka,meskipun tak menutup mata bahwa KPK sebagai pemburu koruptor semakin menunjukkan taringnya.

Akan tetapi, sampai saat ini yang terlihat, Pemilu masih berupa sebuah kamuflase untuk sebuah kekuasaan atas nama perjuangan untuk kesejahteraan rakyat..
Entah sampai kapan...

06 Juli 2008

Tirto Adi Suryo

Tak banyak yang tahu, siapa Tirto Adi Suryo, seorang pelopor, masterpiece dalam bidang media dan pergerakan nasional yang sesungguhnya. Kisahnya terangkum jelas dalam buku-buku karya Pramudya Ananta Toer, Tetralogi Pulau Buru. Yang beberapa waktu lamanya di larang beredar oleh penguasa Indonesia dan kembali muncul ketika rezim orde baru runtuh.
Mas, Tirto Adhi Suryo adalah bangsawan jawa pelopor pembentuk kesadaran nasionalisme tersebut. Lewat kecakapannya sebagai primbumi terdidik, lahir organisasi modern pertama; Serikat Priayi (SP). Organisasi ini tidak berumur panjang, dan tidak pernah kelihatan memimpin kesadaran politik anti penjajah karena di dalamnya tergabung kaum priayi Jawa yang masih memegang teguh status kepriayiannya. Namun organisasi ini telah menjadi media pertama kali secara struktur kaum pribumi mendiskusikan embrio sebuah Nation. Kesadaran pembentuk nation justru sesungguhnya berasal dari koran bernama “Medan Priayi” yang didirikan Tirto Adhi suryo pada tahun 1907 dengan format 125 kali 195mm, dengan tebal 22 halaman terbit seminggu sekali. Kenapa koran ini yang menjadi peletak dasarnya? Karena lewat koran inilah gagasan nasionalisme tertulis pertama kali dan dibaca dan menjadi pembentuk kesadaran awal tentang nasionalisme melampaui perbedaan agama, suku, dan organisasi. Koran tersebut diterbitkan dengan semboyan: “Suara orang-orang yang terperintah”. Kita masih mengingat bagaimana peranan tulisan telah menentukan proses gerak sejarah bangsa termasuk pembentukan nation, karena tanpa tulisan maka betapa sulitnya menyatukan nusantara yang Terdapat lebih dari tigaratus etnik berbeda di Indonesia, masing-masing dengan identitas budayanya sendiri, dan lebih dari duaratus limapuluh bahasa berbeda yang diucapkan di kepulauan (archipelago)Indonesia.
Pelopor pers nasional
Raden Mas Tirto Adhi Soerjo lahir di Blora tahun 1880 sebagai Raden Djokomono. Ia adalah siswa Stovia di Batavia yang tidak tamat menjadi "dokter Jawa". Sejak muda, sudah mengirimkan tulisan-tulisan ke sejumlah surat kabar dalam bahasa Belanda dan Jawa. Selama dua tahun, ia ikut membantu Chabar Hindia Olanda, pimpinan Alex Regensburg, kemudian pindah menjadi redaktur Pembrita Betawi, pimpinan F. Wiggers, yang kelak digantikannya.
Setelah menikah dengan R.A. Siti Habibah, ia tinggal di Desa Pasircabe, 3 pal dari ibu kota Kabupaten Bandung. Di sinilah ia ditawari oleh Bupati Cianjur, R.A.A. Prawiradiredja, untuk menerbitkan surat kabar sendiri. Terbitlah Soenda Berita pada tahun 1903. Inilah surat kabar pribumi pertama berbahasa Melayu, yang dimodali, dicetak, ditangani oleh pribumi.
Soenda Berita berhenti terbit tahun 1906. Tirto Adhi Soerjo tinggal di Bogor, kemudian bersama beberapa prijaji di Batavia, mendirikan Sarikat Prijaji dengan anggota sekira 700 orang dari berbagai daerah di Hindia Belanda. Sarikat Prijaji menginginkan sebuah surat kabar untuk corong suara mereka yang lebih dari Soenda Berita yang tak mau bicara politik. Maka pada tanggal 1 Januari 1907, diterbitkanlah Medan Prijaji. Sesuai dengan namanya, Medan Prijaji merupakan suara golongan priayi.
Dalam kesibukannya, Tirto Adhi Soerjo mengadakan rapat di rumahnya, di Bogor tanggal 27 Maret 1909 untuk mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah. Perkumpulan ini dipimpin Achmad Badjenet, seorang saudagar di Bogor. Tirto Adhi Soerjo sendiri berkedudukan sebagai Sekretaris-Adviseur.
Tahun 1909, Tirto Adhi Soerjo melalui Medan Prijaji membongkar skandal yang dilakukan Aspiran Kontrolir Purworejo A. Simon. Diberitakan bahwa A. Simon yang disebutnya "snot aap" (monyet ingusan) telah bersekongkol dengan wedana dalam mengangkat seorang lurah di Desa Bapangan. Lurah yang terpilih dengan suara terbanyak malah ditangkap, dikenakan hukuman dan dibuang ke Teluk Betung Lampung.
Sepulang dari pembuangan, Tirto Adhi Soerjo membenahi NV-Medan Prijaji, H.M. Arsyad keluar dari perusahaan, kini Tirto Adhi Soerjo sendiri menjadi pemimpin perusahaan dengan komisaris Haji Anang Tajib, seorang saudagar besar, dan Haji Amir, saudagar kain, keduanya tinggal di Bandung.
Masa keruntuhan Medan Prijaji dimulai dengan pemberitaan-pemberitaan tentang Bupati Rembang, R. Adipati Djojodiningrat (suami R.A. Kartini) yang dituduh menyalahgunakan kekuasaan, pada terbitan 17 Mei 1911, kemudian pemberitaan yang dianggap menghina Residen Ravenswaai dan Residen Boissevain yang dituduh menghalangi putra R. Adipati Djojodiningrat menggantikan jabatan ayahnya. Tirto Adhi Soerjo pun terkena delik pers dan diputus pengadilan untuk dihukum buang ke Ambon selama 6 bulan. Sementara itu, kesalahan manajemen menyebabkan kesulitan keuangan yang berat hingga akhirnya NV Medan Prijaji dinyatakan pailit. Medan Prijaji berhenti terbit 22 Agustus 1912. Nasib lebih buruk lagi, Tirto Adhi Soerjo disandera para kreditornya sehingga baru tahun 1913 ia pergi ke tempat pembuangannya. Tirto Adhi Soerjo pergi dengan mental patah dan apa yang sudah dibangunnya ikut runtuh.
Sekembali dari Ambon, ia tinggal di Hotel Medan Prijaji (ketika ia sedang di Ambon namanya diubah menjadi Hotel Samirono oleh Goenawan). Antara tahun 1914-1918, Tirto Adhi Soerjo sakit-sakitan dan akhirnya meninggal pada tanggal 7 Desember 1918. Mula-mula ia dimakamkan di Manggadua Jakarta kemudian dipindahkan ke Bogor tahun 1973. Di nisannya tertulis: "Perintis Kemerdekaan; Perintis Pers Indonesia". Layaklah ia disebut sebagai Bapak Pers Nasional.
Namun, gelar Perintis Pers atau Perintis Kemerdekaan saja tidak cukup. Dari jumlah 129 pahlawan nasional yang kita miliki hingga tahun 2006, hanya ada 3 orang yang tercatat pernah sebagai wartawan yaitu, Abdul Muis, Douwes Dekker, dan Adam Malik. Berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku (UU No 33 Tahun 1964, UU No 22 Tahun 1999, PP Pemerintah tahun 2000, Kep Mensos tahun 1997), Tirto Adhi Soerjo ini memenuhi syarat untuk diajukan sebagai pahlawan nasional dari Jawa Barat. Meskipun ia bukan orang Sunda, ia berkiprah di Jawa Barat, mengangkat nama Jawa Barat dalam pergerakan nasional, baik melalui pers maupun politik, bahkan kuburannya pun di Jawa Barat.
(dari berbagai sumber)
.

25 Juni 2008

Kebahagiaan adalah...

Di jaman yang serba susah ini, ketika ekonomi dan materialisme hampir menjadi satu-satunya standard dan tujuan hidup, ada baiknya kita untuk menepi dari hingar bingar dunia materealis, dan melihat dunia dari sisi yang lain.

Suatu ketika, sebut saja Topan, seorang anak jalanan yang sering mangkal diperempatan jalan protokol, setelah seharian hanya mendapat sejumput receh. Tiba-tiba ketika lagi asyik memainkan icrik-icriknya, ada seorang ibu-ibu mengulurkan uang 5 ribuan. Betapa senangnya dia, setelah berpanas-panas berjam-jam akhirnya ada orang yang merelakan sedikit rejekinya. Ungkapan terimakasih tulus tak henti-hentinya di sampaikan si Topan.
Apa yang bisa kita lihat? mungkin bagi kita, uang 5 ribu tak seberapa,namun bagi mereka yang diperempatan jalan, itu adalah sebuah karunia besar.
Seorang yang terbiasa mendapatkan sesuatu dengan mudah, tidak akan terbiasa untuk menghargai apa yang diperoleh. Namun bagi mereka yang mencapai sesuatu dengan kerja keras dan kesulitan, kepuasan pasti akan terasa lebih, meskipun apa yang didapat mungkin tidak seberapa dibandingkan sebagian yang lain..

karena kebahagiaan bukan pada apa yang kita miliki, tapi lebih pada bagaimana kita memperoleh apa yang kita miliki...

31 Mei 2008

Carut marut Indonesia

Di hari kebangkitannya yang ke 100 tahun, Indonesia diwarnai berbagai macam kejadian, yang hampir bisa disetarakan sebagai fragmen dagelan sebuah bangsa.
Lihat saja berita-berita media, dan detailnya di internet, banyak berita yang membuat kita bertanya-tanya.
Diantaranya, penemuan blue energi, bahan bakar berasal dari air, semua pihak menanggapi menurut versinya masing-masing, baik politikus, ilmuwan, lembaga riset, sampai wakil presiden.

Belum selesai masalah blue energi, muncul lagi kehebohan yang lain, seorang yang tidak jelas asal usulnya,Ahmad Zaini, mengaku memiliki dana ribuan trilyun, bayangkan, ribuan trilyun..!!! untuk menghitung jumlah nol nya saja kita kesulitan, apalagi membayangkan seberapa besar dana tersebut.
Ribut-ribut terakhir adalah seorang motivator, Tung Desem Waringin, yang akan membagi-bagikan uang lewat pesawat. Sebuah kegiatan yang sangat kontroversial, lebih cenderung arogan.
Mengapa uang itu tidak disumbangkan saja melalui badan amal, jika memang niatnya sedekah..
Membagi-bagikan uang dari udara, ibarat memberi makan ikan di kolam, makanan di lempar, dan ikan-ikan akan berebutan, sang pemilik melihat dari atas, mungkin sambil bernyanyi-nyanyi, atau mengajak anak kecil melihat ikan..
Memang itu adalah uang dia sendiri, hasil jerih payah, namun apakah itu cara yang bijak dalam penggunaannya..??


23 Mei 2008

Bulan Mei, 10 Tahun yang lalu...

Living Dangerously in UGM

Pada suatu malam,dibulan mei 1998,tepatnya tanggal 8 malam, kira-kira Pukul 22.00, seorang kawan datang terburu-buru di basecamp kami, sekretariat Keluarga Mahasiswa Matematika (KMM F MIPA UGM).
Kampus memang telah menjadi tempat tinggal kami, ada yang resmi yang tinggal disitu, ada yang sebagai tempat tinggal kedua, ada yang karena keinginan juga ada yang karena keterpaksaan

"Titip motor, temen ku hilang di gejayan.." katanya sambil tergopoh-gopoh..
Kami yang sedang berkumpul, seperti biasa, membahas situasi aksi mahasiswa dan politik pada saat itu yang sangat semarak langsung bereaksi...
"Hilang dimana?"
"Di Gejayan, ikut demo tadi siang. Aku mau nyari sekarang, gak berani pake motor, tadi barusan dari sana, aparat ngamuk, pada ditangkapin, kalo pake motor malah gak bebas sembunyi.." katanya dengan nada geram
Gejayan adalah salah satu kawasan kampus, disitu ada kampus IKIP (sekarang UNY), berseberangan jalan dengan USD (Universitas Sanata Dharma)

"Aku ikut.." aku memberanikan diri untuk bergabung
"aku juga.." tiga teman lainnya bergabung untuk menelusuri ke jalan Gejayan, yang berjarak kurang lebih 3 km dari base camp kami.

Dalam kondisi normal, tentu saja kami tidak akan mau berjalan sejauh itu, apalagi Pukul 10 malam. Namun, karena solidaritas teman, serta rasa jengkel dan gerah terhadap situasi politik serta ditambah sikap represi aparat yang sudah diluar kendali, rasa kejengkelan itu seperti mampu menghapus rasa jeri dan melipat gandakan nyali kami untuk memberanikan diri menuju kawasan yang sedang berbahaya pada saat itu.

Aksi-demi aksi mahasiswa pada saat itu bisa diprediksi, jika di gelar di dalam kampus, kecil kemungkinan akan rusuh, paling- paling satu dua intel ketahuan ketangkap mahasiswa, dan bakalan remuk dipukulin massa, pernah suatu saat Amien Rais turun sendiri untuk melerai para demonstran yang ramai-ramai memukuli seorang intel yang tertangkap, gara-gara pistolnya menyembul dari balik pinggang.. memang hanya sekedar pelampiasan simbolis.

Menyusuri jalan gejayan pada saat itu ternyata sangat mencekam, hampir tidak ada penerangan listrik, karena lampu-lampu banyak yang tumbang dirobohkan amarah massa, marka pembatas jalan jebol disana sini dirusak massa.. suasana begitu senyap, sepertinya habis ada sweeping besar-besaran oleh aparat yang menyisir jalan itu sampai ke gang-gangnya, karena di kawasan itu hampir tiap rumah adalah tempat kost mahasiswa. Dan kawasan yang biasanya ramai lalu lalang manusia itu seperti kuburan, tak ada suara dan suram karena gelap.

Di beberapa tempat di kawasan itu terdapat kerumunan massa, mungkin masa sisa dari aksi demo sore hari nya atau mungkin massa cair yang bergabung kemudian. Di lain tempat ada kerumunan aparat yang siap bergerak. Suasana seperti perang terbuka, namun jelas massa cair tentu akan kalang kabut karena aparat dipersenjatai dengan lengkap. Di suasana itu tentu saja kami was-was, karena sudah jadi berita umum, mahasiswa yang tertangkap dan jadi babak belur dihajar aparat… dan itu bukan hanya isapan jempol belaka, karena beberapa teman aku sendiri pernah mengalami.

Akhirnya, setelah hampir dua jam berkeliling di kawasan, kami pun pulang dengan hasil nihil. Seorang kawan dari teman kami tak dapat kami temukan. Entah raib kemana..

Sambil berjalan pelan dan hati-hati, waspada bila tiba – tiba bertemu aparat yang sudah diluar kontrol.

Aku sempat berujar..
“Wah kalau yang rusuh di Jalan Kaliurang, kita gak bisa menginap di kampus nih..”
Dan itu benar-benar terjadi , beberapa hari kemudian..

Sepulang dari kawasan gejayan, paginya ada kabar, seorang kawan yang kami cari semalaman ternyata sudah tergolek di RS Panti Rapih..
Kabar yang paling heboh adalah kabar duka, pada malam kami menelusuri kawasan Gejayan dan kampus Sanata Dharma, ternyata ditemukan seorang korban tewas, diduga karena dihajar aparat. Orang itu adalah Mozes Gatotkaca,. Yang namanya kini di abadikan sebagai nama jalan di sebelah selatan kampus Sanata Dharma

Hampir tiap hari pada masa itu di gelar demonstrasi, baik di dalam maupun luar kampus, sebagai luapan kejengkelan pada kondisi, disisi lain, aparat juga sudah mulai kehilangan batas kesabaran, meskipun mereka hanyalah korban tanggung jawab sebagai alat Negara, alat kekuasaan.

Beberapa hari kemudian ada aksi lagi, kali ini di Jalan Kaliurang, di depan Kampus Pertanian UGM.

Sementara kami masih di Kampus Mipa Utara, kira-kira 500 m sebelah utara lokasi demo, kami masih santai ngumpul-ngumpul..
Seorang teman berujar,
“tunggu aja nanti Pukul 2 an siang, pasti bentrok kok kalo di jalan..”
“oke lah, seru juga kali kalo bentrok di Jakal..” kataku..

Pukul 14.00
Kami berjalan kaki menuju lokasi demo, massa demonstran yang berpusat di depan kampus pertanian sudah mencair ke Jalan Kaliurang, dan sudah mulai terjadi dorong mendorong antara massa yang terdepan dengan aparat…
Samar-samar terlihat panser yang membawa canon water di kejauhan, diparkir di sebelah barat Mirota Kampus



Pukul 14.15
Terdengar suara dari pengeras suara aparat, “mahasiswa diharap membubarkan diri sebelum pukul 15.00, kalau tidak, akan dibubarkan secara paksa”

Pukul 14.30
Massa bukannya surut namun bertambah banyak, entah dari mana saja pada berdatangan
Aksi dorong mendorong semakain ramai, orang-orang itu sudah mulai menanggalkan rasa cemas, takut serta was-was..

Pukul 15.00
Aparat memenuhi janjinya, perlahan tetapi pasti merangsek maju dan menyiapkan pertahanan, dengan tameng kaca nya..
….blarr…
Gas air mata mulai berjatuhan, membuat mata pedih, nafas sesak..
Canon water mulai menyemprotkan air, hitam dan keruh… nantinya kami sadari bagi mereka yang terkena semprotan akan membekas di pakaian sebagai stempel bahwa aparat boleh menghajar orang yang tertangkap dengan baju bernoda…

Masa mulai memudar, berlarian kesana kemari, karena tak sanggup menahan pedih mata..
Sebagian berlari menuju ke bunderan UGM, di bunderan terlihat sejumlah kecil polisi..
Sebagai pelampiasan, kami mengejar polisi, bahkan ada yang membawa bambu panjang, “genter” istilah jawanya.. polisi tanpa senjata lengkap itu lari ke arah selatan

Dengan nekat, kami mengejar, namun, tiba – tiba dari arah kanan, arah Mirota Kampus, beberapa personel Gegana melaju kencang, satu pegang kemudi di depan, satu lagi bonceng di belakang dengan berdiri sembari mengarahkan moncong senjata…

Jika di hutan, macan adalah makhluk yang paling ditakuti, namun dalam setiap aksi massa, Gegana inilah yang paling dihindari, karena selain cepat mereka diyakini memiliki kemampuan yang diatas polisi biasa.

Melihat makhluk angker bernama Gegana tersebut, tentu saja kami putar balik, berlari kembali menuju kampus (kearah utara). Para personel Gegana tersebut kemudian bersiap siaga tepat di depan bunderan, dengan posisi siap tembak, seperti pemburu yang sedang mengincar babi hutan..
Konsentrasi masa perlahan berpindah ke sekitar gelanggang Mahasiswa (kira-kira 50 meter utara bunderan UGM). Karena kami meyakini otonomi kampus, bahwa kampus bebas dari campur tangan aparat, namun itu nanti terbukti keliru besar..

Aparat juga semakin bertambah di bunderan UGM.
Entah siapa yang mulai
Tiba-tiba batu mulai beterbangan.
Chaos tak dapat dihindarkan..
Aparat mulai merangsek maju.. kami lari tunggang langgang menuju area auditorium Graha Saba Pramana..
Sempat terlihat seorang perempuan berlarian maju mundur, sambil melempar batu ke a rah aparat…

Terdengar letusan senapan semakin riuh rendah…
Aku sendiri hampir terjatuh ketika beberapa aparat mengejar kami..

Sore mulai hadir, langit menggelap…
Letusan senjata masih sesekali terdengar menyalak..
Namun massa masih berlarian kesana kemari menyelamatkan kepala dari desing peluru karet, tapi nantinya diketemukan selonsong peluru timah.., ada yang menuju ke utara, arah gedung pusat (Rektorat), ada yang kearah timur, ada yang menuju ke barat, arah Sendowo…
Aku sendiri bergabung ke arah barat, dan beruntung, jalur itu yang paling aman, karena mereka yang sembunyi dalam gedung Rektorat pun ditangkapi aparat..

Selepas maghrib, kami berhasil berkumpul di markas KMM, Mipa Utara..
Apes, Seorang teman yang tidak ikut aksi, hanya menonton di pinggir pagar depan kampus, tertembak di betisnya, memang hanya peluru karet, namun tetap membuatnya bocor sehingga harus jalan dengan terpincang-pincang…

Ternyata keadaan belum aman…
Suara motor tunggangan Gegana masih meraung-raung di sekitar kampus kami.
Seorang kawan datang terburu-buru,
“Sweeping masuk kampus, cepat sembunyi…Aparat masuk kampus Farmasi, nangkepin yang pada sholat maghrib..”
Kampus farmasi bersebelahan dengan kampus kami..
“Anjing..!!” seorang kawan mengumpat
Akhirnya kami berpencar, mencari tempat berlindung dirumah kami sendiri. Karena memang kampus bukan hanya tempat kami kuliah, namun telah menjadi tempat tinggal.. bahkan sampai bertahun-tahun kemudian..

Kami tercerai berai pada, seorang kawan sembunyi di bangunan mushola yang belum selesai dibangun, sementara motor gegana meraung-raung kira – kira 50 meter jaraknya..
Kawan lain sembunyi di sebuah kamar mandi ruang kuliah..
Aku sendiri memilih masuk ke secretariat KMJ (Keluarga Mahasiswa Jurusan), bersama beberapa kawan, memasrahkan diri pada nasib, karena jika aparat masuk ke sekretariat, tak ada pintu lain untuk kabur..

Pukul 20.00, keadaan mulai terkendali, perlahan kami berkumpul kembali. Dengan membawa cerita masing-masing:..
“aku sembunyi di kamar mandi, kupikir sendirian, ternyata pas nengok keatas, ada dua orang diatas...”
“Si bedu kena pukul tuh, tapi gak papa, cuman memar dikit..” seorang kawan menimpali..
“Kalian tahu gak, ada anak baru pulang praktikum ditembak, pakai peluru timah, sekarang di Sardjito (Rumah sakit), kasian padahal gak tau apa-apa..”
Dan memang benar, seorang mahasiswa pertanian baru pulang praktikum tertembak disudut kampus kami tak jauh dari tempat kami tinggal.

Nantinya, banyak cerita apes kawan-kawan kami yang tak tahu apa apa kena hajar aparat yang frustasi..
Beredar isu dari kawasan kampus non exact bakal ada sweeping besar-besaran malam itu..
“kita harus mengungsi..”, kata seorang kawan yang cukup senior.
“ Oke, tapi kemana? Aparat pasti masih berkeliaran..”
“kemana ajalah, tapi mendingan makan dulu, sambil lihat – lihat situasi diluar..”
“Oke, biar aku aja yang nyari makan, tapi ditemenin..” kataku, merasa yang paling junior di gerombolan anak malam kampus. Karena memang baru tahun pertama aku di bangku kuliah.
Kamipun berangkat, menyusuri gulita, keadaan benar – benar seperti perang..gelap disana – sini, kami berjalan perlahan dengan waspada.

Akhirnya ritual makan malam pun berjalan dengan aman, tetap dalam keadaan gelap, karena menyalakan lampu sama dengan mengundang aparat yang konon kabarnya masih melakukan penyisiran di kampus UGM yang memang luas.

Malam itu, kami sepakat mengungsi ke kost teman di kawasan yang relatife aman, di daerah Sendowo, belakang Rumah Sakit Sarjito. Lagi-lagi, kami berjalan dengan hati-hati, kurang lebih satu setengah kilometer.

Namun, pengungsian itu hanya bertahan tidak sampai satu hari, karena keesokan harinya, pagi-pagi benar kami kembali ke markas, dan hampir seminggu kami tidak pernah menyalakan lampu.

20 Mei 1998
Aksi massa besar-besaran diselenggarakan, di bawah restu Raja Yogyakarta, semua berjalan lancar. Aksi sejuta umat, karena memang jalanan Jogja menuju alun – alun utara penuh dengan lautan manusia, dan dijalan-jalan banyak masyarakat menyediakan dukungan logistik, berupa air minum maupun makanan kecil. Bisa jadi ini adalah aksi massa terbesar dalam sejarah Indonesia.
Tak ada lagi aparat yang mengamuk
Polisi hanya menertibkan jalan, .

21 Mei 1998
Sang penguasa tunggal Indonesia, Jenderal Besar Soeharto, orang kedua yang berpangkat Jenderal bintang lima, selain Panglima Besar Jenderal Sudirman, turun tahta.
Lengsernya Soeharto disambut suka cita luar biasa. Beberapa pentolan Senat Mahasiswa dan penggerak aksi, bercukur gundul, plontos, sebagai tanda syukuran.

Kami pun membahas berbagai kisah seru yang menyertai lengsernya Soeharto.
Memang hampir tak ada kontribusi kami pada jalannya reformasi, karena kami hanyalah salah satu sekrup kecil dalam sebuah mesin besar bernama reformasi.
Namun, melihat kondisi saat ini, kami merasa sia-sia dengan apa yang telah kami alami dahulu…

16 Mei 2008

Udah maling, minta pulsa pula.>!!!

suatu malam hp saya bunyi, ada sms masuk..
"dips, telpon gw dong, mau nanya penting nih.."
Begitu bunyi sms dari seorang teman. Ketika saya telpon, teman itu bercerita bahwa baru saja dapat sms dari teman yang lain, sebut saja Halim, yang minta tolong untuk ditransfer pulsa, karena sedang ada urusan penting. Kami sepakat bahwa itu bukan halim, karena halim tak pernah meminta tolong dan apalagi merepotkan teman (beda dengan saya, yang sebaliknya, :)).

Keesokan paginya, saya juga mendapat sms yang sama dari nomor halim tersebut:
“mat pagi, mf gang sbntr, lg ngapain ya? Bs ga bntu aq, tlg beli’in aq plsa, aq lagi ada urusan pntng, nanti bsk aq ganti, tlg ya tk tunggu skrg, mksh sblmny.”

Saya langsung teringat obrolan dengan teman semalam, dan tambah yakin bahwa hpnya Halim hilang, dan yang mengirim sms adalah simaling.

Dan benar saja, ketika rasa penasaran membawa saya ke kostnya halim, orangnya tidak ada, dipintu ada pesan dari teman yang lain “bang halim, kamu gak papa? HP mu ada gak”.. mendapati kamar halim kosong, saya kemudian menuju kampus MIPA UGM tentunya ke Pasains (kandang pecinta alam MIPA), dari teman disana saya peroleh informasi bahwa HPnya Halim memang hilang baru sehari kemaren. Dan rupanya banyak yang mendapat sms serupa.

Sampai sejauh ini, sudah 3 orang yang mengirim pulsa ke no halim tersebut, meskipun secara nominal tidak begitu besar, antara 10 ribu – 20 ribuan, namun secara moral pasti “mangkel”.. sudah maling minta pulsa pula..!!!

14 Mei 2008

Masangin

alun-alun
Bagi mereka yang sudah lama tinggal di Jogja pasti mengenal istilah Masangin (masuk diantara dua beringin).
Masangin adalah sebuah permainan sekaligus tradisi yang dilakukan di alun-alun selatan jogja, permainan tersebut adalah berjalan dengan mata ditutup untuk memasuki daerah diantara dua beringin.

Apa susahnya memasuki dua beringin yang jaraknya sekitar 10 meter tersebut? Masalahnya adalah pemainnya harus berjalan dari jarak kira-kira 50 meter di jalan yang menghubungkan kedua beringin di tengah alun-alun tersebut dengan trotoar jalan di bagian utara alun-alun.
Terdapat mitos kuat di sini, bahwa jika seseorang yang mampu masuk diantara kedua pohon tersebut memiliki hati yang lurus dan jujur.

Namun memang setelah saya mencoba sendiri, ada sensasi lain yang muncul ketika berjalan dengan mata tertutup sejauh itu. Ketika kaki melangkah seperti ragu dan melayang serta menjadi sangat berhati-hati. Mungkin nanti bisa dibandingkan untuk mencoba berjalan dengan mata tertutup di tempat lain (bukan di alun-alun selatan Jogja)

Pada kenyataannya memang sulit untuk berjalan masuk, dengan mata tertutup, diantara kedua pohon beringin tersebut. Hal ini bisa dijelaskan secara logis, dengan jarak berjalan kurang lebih 50 meter tegak lurus dengan ruang terbuka diantara dua pohon beringin tersebut, maka kemiringan sedikit saja dari langkah kaki, misal 2 derajat, akan sangat mempengaruhi jalur langkah yang akan dilalui. Secara matematis langkah tersebut akan menjadi diagonal, bukan lagi tegak lurus dengan ruang antara dua pohon beringin tersebut. Tentu saja hal ini terlepas dari mitos bahwa siapa yang berhasil masuk dianggap memiliki kebersihan dan kejujuran hati.

Bagi yang penasaran dan ingin mencoba, sudah disediakan penutup mata, tentu saja dengan menyewa, hanya 3 ribu perak.

denah kraton

08 Mei 2008

Apa itu we we we

Suatu ketika, di salah satu rangkaian perjalanan, saya berbincang - bincang dengan seorang tukang bakso keliling.

Tukang bakso itu bertanya..
"Mas tau gak, wewewe itu artinya apa..??"
Saya masih kurang mengerti dengan apa yang ditanyakan, dan setelah dia mengulangi saya baru sadar bahwa yang ditanyakan adalah www. sebuah alamat url..
Terus terang saya, kening saya langsung berkerut, berpikir bagaimana menjelaskan arti www, dengan bahasa yang mudah.. Apalagi ketika saya tanya..:
"Sampeyan ngerti internet gak mas.."
"Gak tau, mas.."

Waduh, kening saya semakin berkerut.. gimana nich ngejelasin sementara si mas ini kagak ngerti sama sekali internet..

Tiba-tiba temen disebelah saya nyeletuk, www itu tempat gambar saru ama filem bokep...
Wah, salah kaprah !! Ini penjerumusan teknologi, asal gampangnya aja...

Akhirnya, saya menjelaskan seadanya..bahwa www adalah sebuah alamat di internet, memuat berbagai macam informasi, tergantung situs itu, bisa isinya koran, berita, grup band... (untung simas gak nanya..internet iku opo to mas..??)

Meskipun terlihat dengan muka bingung, si mas itu menjelaskan bahwa dia ternyata punya grup band dan ingin membuat kaos dibelakangnya mau di tulisi www.-nama bandnya-.com

Oalaahh...ternyata itu toh maksud pertanyaannya...

apa sih sebenernya wewewe itu..???

22 April 2008

Tentang Harmoko

harmokoAda yang menarik dari dialog pada berita petang hari di sebuah TV swasta hari sabtu (19 April) kemarin. Ketika seseorang dari masa lalu di wawancara secara jarak jauh. Seseorang itu adalah Harmoko.

Bagi mereka yang masih muda, generasi yang lahir di tahun 90an mungkin agak asing dengan nama ini, karena mungkin ketika tokoh yang satu ini malang melintang di televisi dan media, generasi 90an kira2 masih SD.

Sedikit review, Harmoko adalah salah satu tokoh yang pernah hampir tiap hari muncul di televisi (pada saat itu hanya TVRI, kemudian disusul beberapa TV swasta baru, TPI, RCTI dan SCTV). Beliau pernah menjabat Menteri Penerangan,-mungkin terlama dalam sejarah Indonesia,(1983-1997). Terakhir berkiprah adalah menjadi Ketua DPR/MPR.

Ketika menjabat sebagai Menteri Penerangan itulah, Harmoko menjadi sosok yang hampir tiap hari menghiasi media, baik televisi maupun media cetak. Dan di masa-masa itu adalah masa suram bagi media karena kebebasan yang terkebiri. Tokoh itu hampir disetiap kemunculannya di televisi selalu memutar kalimat "menurut petunjuk bapak presiden", dikalangan masyarakat juga beredar idiom bahwa Harmoko adalah HARi-hari oMOngk KOsong. Belakangan, dalam wawancara kemarin itu sang tokoh juga mengakui bahwa akronim itu telah mendarah daging..

Apa yang menarik dari kemunculan Harmoko sekarang? Kemunculannya kemarin adalah dalam rangka deklarasi baru, dimana bapak ini adalah salah satu pembinanya. Partai ini adalah Partai Kerakyatan Nasional, yang diklaim sebagai partai anak muda. Banyak pengamat merespon negatif atas kehadiran Harmoko dalam kancah politik Indonesia, mengingat banyak sekali cacat politik yang dimiliki Harmoko.

Dari dialog tersebut juga bisa disimak bahwa seorang Harmoko tak selincah dulu lagi, mengingat usianya yang sudah tua, beberapa pertanyaan dari reporter seperti kesulitan dicerna oleh beliau, dan wawancara itu seperti tidak mengalir. Jauh sekali dengan kemunculannya dahulu dijaman Orde Baru, karena memang seluruh media ada dalam genggamannya, sehingga mungkin ketika dia bicara di media seperti seorang guru TK di depan murid-muridnya.

21 April 2008

Tentang Kartini

kartini

Berbicara mengenai kartini adalah berbicara tentang pembebasan, dalam hal ini adalah pembebasan kaum perempuan dari keterikatan pada adat, sosial dan budaya yang mengikat perempuan pada tatanan norma,disamping, tentu saja, adalah pemebebasan bangsa dengan alat perjuangan berupa pergerakan nasional.

Pergerakan nasional sendiri sebenarnya sudah dimulai ketika seorang Tirto Adi Suryo mulai merintis organisasi modern dengan berkeliling ke pembesar-pembesar jawa (Bupati ) untuk mengkampanyekan usaha nya dalam merintis organisasi modern sebagai alat pembebasan bangsa.

Sementara, beberapa belas tahun sebelum Budi Utomo hadir, Kartini yang manis itu telah menulis surat-suratnya. Menyala-nyala dengan cita-cita dan keinginan untuk belajar dan bebas, Kartini harus menerima kenyataan hanya disekolahkan hingga usia 12 tahun. Bahasa Belanda telah dikuasai, maka energi, gairah, kekecewaan dan angan-angannya disalurkan lewat surat-suratnya—yang mengejutkan– begitu indah dan puitis.

Berbagai literatur yang memuat tulisan tentang Kartini menyatakan bahwa, gagasan-gagasan utama Kartini adalah meningkatkan pendidikan bagi kaum perempuan, baik dari kalangan miskin maupun atas, serta reformasi sistem perkawinan, dalam hal ini menolak poligami yang ia anggap merendahkan perempuan. Namun dalam Panggil Aku Kartini Saja yang ditulis oleh Pramoedya tergambar bahwa gagasan dan cita-cita Kartini lebih dalam, lebih tinggi dan lebih luas daripada sekedar mencerdaskan kaum perempuan dan memperjuangkan monogami (meskipun hal ini menjadi sentral dari praktek perjuangannya). Kartini, bagi Pram adalah feminis yang anti kolonialisme dan anti feodalisme, hingga ke tulang sum-sumnya.

Surat-suratnya kepada Stella Zeehandelaar, seorang feminis sosialis dari Belanda, banyak yang telah dihancurkan. Justru percakapan tertulis dengan Stella-lah yang banyak membuka mata dan hati Kartini terhadap masalah perempuan dan pembebasannya. Juga memahat secara perlahan-lahan penolakannya akan dominasi golongan feodal terhadap rakyat kecil. Surat Kartini yang secara khusus membahas buku Auguste Bebel De Vrouw en Sosialisme dihapus oleh Abendanon karena kepentingan kolonialnya. Kartini banyak menerima buku-buku progresif semacam ini dari sahabatnya H.H van Kol, seorang sosialis demokrat anggota Tweede Kamer. Mungkin dari surat-surat itu, gambaran yang lebih utuh tentang pikiran-pikiran politik Putri Jepara yang tak ingin dipanggil dengan gelarnya itu, bisa lebih utuh. Pram mampu memberikan perimbangan kepada distorsi yang telah merajalela selama ini terhadap sosok Kartini–mulai dari mitosisasi Kartini, hingga reduksi terhadap gagasan-gagasannya.

Satu hal yang juga perlu dicatat adalah saat Kartini menulis suratnya, sentimen nasionalisme yang terorganisir belum muncul. Organisasi pertama kaum buruh SS Bond, baru hadir tahun 1905, setahun setelah kematian Kartini. Tradisi menggunakan media surat kabar dan terbitan untuk menyebarluaskan propaganda, belum timbul. Karya jurnalisme awal dari Sang Pemula (Tirto Adhi Suryo), Medan Prijaji, baru terbit tahun 1906. Referensi dari gagasan-gagasan orisinil Kartini berasal dari berbagai literatur berbahasa Belanda yang dibaca Kartini dalam masa pingitannya, serta korespondesinya dengan khususnya Stella.. Adalah satu hal luar biasa bahwa Kartini yang sendirian, terisolasi dan merasa sunyi itu mampu membangun satu gagasan politik yang progresif untuk zamannya, baik menyangkut kaum perempuan maupun para kawula miskin tanah jajahan.

Gagasan-gagasan ini lalu diikuti oleh beberapa tokoh perempuan lainnya, seperti Dewi Sartika dan Rohina Kudus. Namun Kartini tetaplah Sang Pemula, yang mengawali seluruh tradisi intelektual gerakan perempuan Indonesia, berikut gagasan paling awal dalam melihat ketertindasan rakyat di bawah feodalisme dan kapitalisme. Nasib tragis Kartini menjadi salah satu petunjuk bahwa tak ada jalan baginya untuk membangun perjuangan dengan cara lain yang lebih kuat dan efektif. Zaman beorganisasi belum terbit.

(dari berbagai sumber)

17 April 2008

Visit Indonesia Year 2008

Visit Indonesia Year 2008

Lagi, pemerintah Indonesia mencanangkan sebuah program baru "Visit Indonesia Year 2008". Namun sederet pertanyaan muncul mengiringi pencanangan tahun kunjungan wisata tersebut.
Pemerintah Indonesia sekarang sepertinya masih saja mengikuti pola-pola kebijakan lama, dengan politik slogan dan pencanangan namun sepertinya tanpa perencanaan dan penerapan yang matang. Sederet pertanyaan yang muncul tersebut adalah apa yang telah dilakukan pemerintah untuk persiapan Visit Indonesia Year 2008 tersebut, kemudian bagaimana promosi yang dilakukan, serta bagaimana supaya wisatawan betah dan akan kembali lagi suatu saat.

Justru sebuah ironi yang terjadi, ketika awal tahun program ini dicanangkan, yang terjadi adalah coreng moreng wajah Indonesia,dapat langsung di ketahui ketika Bandara Internasional Soekarno Hatta sempat di tutup beberapa jam, karena banjir, (dan tidak hanya sekali saja), juga wajah Jakarta yang di hajar Banjir, begitu juga banyak daerah di Indonesia, terutama Jawa. Meskipun ada dalih bahwa itu semua termasuk 'force majeur' atau bencana alam, namun terlihat penanganan dan penanggulangannya pun masih kacau, walaupun bencana itu seperti layaknya musim hujan yang datang berulang. Jika Bandara Internasional dan Ibukota Negara sebagai pintu gerbang Negara seperti itu, bagaimana wisatawan dan pendatang mau datang? Itulah pertanyaan besar bagi pemerintah Indonesia.
Sebagaimana kebijakan pemerintah lainnya, yang hanya ideal dalam tataran ide dan pencanangan, namun amburadul dalam infrastruktur dan penerapan, pun pengawasan. Ambil contoh lain, program konversi Bahan Bakar Minyak ke Gas, bagus memang ide dan tujuannya, namun ketika sudah dalam tahap implementasi dan pengawasan, yang terjadi adalah amburadul, selain karena infrastruktur yang masih jauh dari memadai.

Meskipun tulisan ini ibarat seorang balita yang berteriak di samudra luas, namun paling tidak memang harus diteriakkan, ada atau tidaknya yang mendengar...

Kembali pada Program Kunjungan Wisata, kota Jogja bisa dijadikan sedikit acuan, menengok kemajuan signifikan dengan adanya Bus Transjogja, yang memang nyaman, dan diyakini akan menambah fasilitas bagi para pendatang, termasuk wisatawan yang ingin berkeliling Jogja dengan nyaman dan murah. Selain itu, Jogja juga sedang menggalakkan program kebersihannya, salah satunya dengan menempatkan tempat sampah terpisah untuk sampah organik dan non organik.

Pada akhirnya, sebagai warga negara yang baik, kita hanya bisa berharap, semoga pemerintah semakin bijak dalam membuat kebijakan..

14 April 2008

Lagu jadul

Bagi yang lagi hobi ama yang jadul2, termasuk lagu jadul, bisa diunduh disini:

ABBA_Fernando
Bee Gees_Holiday

Benyamin S_Sang Bango
Benyamin S_Hujan Gerimis
LILIS_SURYANI_-_GENJER_GENJER

Ribut-ribut tentang Fitna

Beberapa pekan terakhir dunia internet indonesia seakan semakin ramai dan heboh.
Hal ini tak lepas dari reaksi (berlebihan) pemerintah indonesia (Menteri Kominfo) terkait dengan peredaran video provokatif tentang Islam yang berjudul Fitna.

Terlepas dari kontroversi video tersebut,sepertinya reaksi pak menteri terlalu berlebihan, dengan memblokir situs berbagi video, Youtube yang dianggap sebagai asal muasal menyebarnya video tersebut.

Mengapa berlebihan? Karena jika sesuatu semakin dilarang dan di cegah peredarannya otomatis hal itu akan meningkatkan nilai jual komoditas tersebut, apapun itu.
Dan benar saja, searching dan browsing tentang video tersebut menempati rating tertinggi di dunia maya.

Satu hal lagi, mengapa pemerintah Indonesia terlalu "kebakaran jenggot"? Kenapa tidak kita melihat dengan kacamata positip, paling tidak kita mencoba melihat bagaimana golongan non muslim melihat islam dengan kaca mata mereka, meskipun bukan islam secara keseluruhan, karena disitu hanya islam fundamentalis dan mereka yang dikategorikan ekstrem, dan tentu saja tidak akan objektif.

Dan terakhir, dengan melihat video tersebut tidak akan mengakibatkan orang-orang muslim di Indonesia berubah menjadi kafir bukan? Apalagi jika melihatnya sebagai sebuah tambahan wawasan dan pengetahuan sebagai sebuah instropeksi massal, terlepas dari ketidak benaran isi video tersebut.

11 April 2008

Jogja Punya Busway

Sudah beberapa bulan ini Jogja mempunyai sarana transportasi baru, ya bus kota shelter to shelter, yang seringkali disebut busway.. Bus ini di tempeli nama sabagai Transjogja

Moda angkutan ini ternyata banyak ditunggu kalangan pengguna angkutan umum, terutama ibu-ibu dan kaum wanita karena selain nyaman, juga tidak ugal-ugalan seperti image yang menempel pada saudara tuanya, bus kota konvensional..

Sejumlah perbedaan mendasar dari Bus Transjogja dengan Bus Kota konvensional adalah Bus Transjogja tidak bisa menaikkan dan menurunkan penumpang disembarang tempat, kecuali di halte (shelter lebih tepatnya), selain itu juga Bus Transjogja dilengkapi dengan AC, tempat duduk yang nyaman (seperti tempat duduk kelas eksekutif di kereta api) serta petugas yang dilengkapi seragam yang rapi. Hal ini tentusaja merupakan kemajuan yang cukup signifikan, ditambah dengan jam operasi yang sampai malam, kurang lebih jam 21.30, sehingga mendukung geliat Jogja sebagai kota pariwisata..

Satu hal, yang menjadi momok bagi sarana dan prasarana umum di Indonesia selama ini adalah kurangnya perawatan serta pengrusakan tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab, ambil contoh misalnya telepon umum, beberapa tahun yang lalu, ketika kebutuhan masyarakat akan telepon umum masih tinggi, tak banyak telepon umum yang awet dan bertahan lama fungsinya di tengah masyarakat, entah rusak entah hilang... dan boks nya pun tak luput dari corat coret..
Namun semoga, masyarakat kita semakin dewasa, terutama generasi mudanya, sehingga sarana bus Transjogja tetap terjaga dan terpelihara...

Mau lihat Transjogja, klik di sini

08 April 2008

perjalanan #1

tuntutan tugas dr pekerjaan saya selalu membawa saya ke dalam perjalanan demi perjalanan, seperti mengikuti mozaik kehidupan, dari kelas terbawah, kelas standard sampai kelas atas, secara ekonomi tentunya..

belum lama ini, menelusuri jalur pantura, kebetulan ('apes' bagi sebagian orang lainnya) saya dapat bus ekonomi, karena naik bukan dari agen, dan mulailah fragmen lain dari kehidupan beradegan di bus yang sesak penumpang, berjalan mengukur jalan di terik suhu panas pantura... perlahan bus menjelma menjadi toserba, dengan silih berganti pedagang yang menjajakan dagangan, mulai dari dagangan standard, rokok, air minum kemasan, makanan.. sampai dagangan yang agak tak lazim seperti alat pijat yang berbentuk seperti durian, dan sebagainaya..
tentu saja, disela2 penjual yang adu lihai menjajakan dagangan tersebut pasti ada musisi2 jalanan yang seperti berlomba silih berganti melebihi kontes nyanyi di tv, ada yang hanya bermodal "icrik-icrik" sampai membawa tape recorder plus salon, dan hebatnya tidak hanya laki2 yang terjun dalam profesi ini, tak lupa cewek-cewek yang berpenampilan layaknya penyanyi betulan pun ikut meramaikan laju bus tersebut..

lengkap sudah, bus itu menjadi "toserba berjalan.."

dulu ketika menelusuri belantara aceh, angkutan yang paling umum disana adalah "labi-labi" untuk dalam kota/kab, dan L300 untuk antar kabupaten, so hampir tidak mungkin untuk menjadikan sarana tersebut tempat berjualan pun mengamen, selain kultur masyarakat disana memang lebih "jaim", kalau tidak bisa dibilang "gengsi", hal ini dapat dilihat dari sedikit nya profesi tukang parkir, tak sebanyak di sini (jawa), motor di depan mata pun diparkirin...

memang pepatah selalu berlaku, lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain belalang...

02 April 2008

quote of the day

ada tiga hal yang tidak dapat disembunyikan manusia,
cinta, kemiskinan dan batuk...

25 Maret 2008

melihat berita

melihat berita di indonesia, baik membaca koran maupun menyimak televisi, selalu membuat kening berkerut dan dada memelas, mengapa..??
hampir tak ada berita yang bukan merupakan berita buruk, baik bencana banjir, angin ribut, gizi buruk, maupun kecelakaan demi kecelakaan, atau pun berita mengenai bobroknya sistem yang ada di indonesia ...

tak heran ketika infotainment, yang secara sepihak juga mengaku sebagai pewarta berita laku keras, karena menyuguhkan sesuatu yang jauh dari berita di dunia nyata, berisi hingar bingar dunia mimpi selebriti... yang secara bawah sadar merupakan impian manusia normal.. hidup berkecukupan, foya-foya, terkenal dan mati setelah bertobat dan berdakwah.. meskipun ternyata itu adalah utopia dari kehidupan sesungguhnya di negara ini yang konon kaya raya, istilah jawanya gemah ripah loh jinawi

premis mencari oase kehidupan itulah juga, menurut beberapa kalangan yang melandasi suksesnya film Ayat-Ayat Cinta (AAC), meskipun secara standard akting dan sinematografi perfilman jauh dari kualitas.
belum lagi jika dikaitkan dengan visi dan misi penulis novelnya, karena terjadi distorsi visi disana sini. satu contoh, ketika seorang selesai menonton film tersebut berkomentar bahwa film itu mendukung poligami. padahal menurut benang merah novel tersebut justru menggambarkan bahwa salah satu kondisi yang memperbolehkan poligami ketika si suami harus menolong perempuan yang bukan muhrim dengan memegang dan menghibur si perempuan yang mencintainya , notabene, haram dilakukan, maka untuk menjadi halal adalah dengan menikahinya terlebih dahulu, sekedar hanya untuk menolong si perempuan, sekaligus menolong dirinya di persidangan, karena posisi perempuan tersebut adalah saksi kunci...

namun, setiap sesuatu yang memunculkan kontroversi, akan semakin membuatnya melambung,
tidak percaya? tanya saja cyntia lauwra.....

05 Maret 2008

sekedar cerpen

LAKI-LAKI PENJUAL PANTUN

Pasar itu terletak di Kecamatan Sengkarut. Pasar yang setiap pagi,belum lama ini selalu ramai diserbu pengunjung. Pengunjung mulai mengalir datang pada saat ayam berkokok pertanda fajar pagi mulai hadir memulai hari. Sebenarnya tidak banyak penjual yang berjualan di pasar itu, mereka lebih memilih berjualan di pasar kecamatan sebelah yang lebih besar dan padat penduduknya.

Tapi sudah seminggu ini pasar tersebut mulai ramai pengunjung. Pagi selepas subuh mereka sudah berkumpul disudut pasar. Tapi mereka datang berduyun-duyun ke pasar itu bukan untuk berbelanja melainkan untuk menunggu seorang laki-laki paruh baya yang biasa mangkal di depan ruko kosong yang sudah ditinggal pemiliknya. Laki-laki itu setiap pagi sampai menjelang siang berdiri didepan ruko kosong itu. Laki-laki itu adalah seorang penjual pantun. Setiap pagi laki-laki itu berceloteh ringan dan kemudian bersila didepan sebuah mangkuk kaleng, tempat orang-orang melempar receh. Orang-orang itu seperti terhipnotis pada setiap pantun yang dicelotehkan laki-laki itu. Laki-laki itu selalu menggunakan pantun ketika menjawab orang-orang yang mengerubunginya. Laki-laki itu berpenampilan kumal, dan hampir setiap hari mengenakan pakaian lusuh yang sama. Tak ada orang yang benar-benar mengenal, dari mana laki-laki kumal itu berasal.

Kecamatan Sengkarut sendiri adalah sebuah wilayah yang tidak terlalu luas, hanya terdapat empat desa di wilayah kecamatan itu. Desa itu adalah desa Gemah Ripah, Desa Loh Jinawi, desa Tata Tentrem, dan yang terakhir adalah Desa Kerta Raharja, ibu kota Sengkarut. Kehidupan kecamatan itu selalu dirundung masalah, baik kerusuhan kecil maupun besar, permusuhan antar desa seperti menjadi bagian kehidupan mereka. Hingga warga pun tak sempat membangun desa mereka, perekonomian tersendat-sendat, tak ada kemajuan berarti selama puluhan tahun.

Sejarah kecamatan Sengkarut sendiri tidak terlalu enak untuk dikisahkan, setiap pergantian camat selalu diwarnai dengan hiruk pikuk, kericuhan atau pertumpahan darah. Suatu kali, camat dituntut ramai-ramai mundur oleh warga karena mengutil dana bantuan dari Bupati untuk beli kayu bakar warganya. Pernah juga seorang camat tewas dikeroyok keluarga perempuan yang bunting dan mengaku perbuatan si camat, tentu saja camat tersebut tidak mengakui. Lain waktu, seorang camat ditemukan mati secara misterius di sebuah parit dipinggir sawah.

Namun untuk pertamakalinya dalam sejarah kecamatan Sengkarut terjadi pergantian camat secara damai tanpa insiden apapun.

Camat yang baru itu bernama Durjonomo, dulunya adalah orang kepercayaan camat terdahulu, Camat Laknatono, yang meninggal karena sakit jantung, begitu kata dukun yang pernah mengobati. Tak ada tanda-tanda keanehan dalam kematiannya karena usianya pun memang sudah uzur.

Warga kecamatan Sengkarut menaruh harapan besar pada kepemimpinan camat Durjonomo, karena dialah orang pertama yang naik menjadi camat dengan cara yang wajar. Perekonomian kecamatan itu pun mulai perlahan membaik, pasar-pasar mulai ramai, sekolah – sekolah diperbaiki, jalan diperkeras.

Namun keadaan itu tak berlangsung lama, sebulan kemudian hadirlah laki-laki setengah waras yang selalu mangkal di sudut pasar itu. Laki-laki itu, tak lama kemudian menyita perhatian banyak warga, mereka berduyun-duyun dari keempat desa itu untun sekedar menonton, atau berdialog dengan laki-laki itu. Jalanan disekitar pasar macet, mereka datang dari berbagai golongan, pedagang, pegawai swasta, bahkan para pegawai pemerintah pun membludak membanjiri sudut pasar yang tak terlalu luas itu. Gara-gara seorang laki-laki setengah waras yang selalu berpantun itu, hampir seluruh kegiatan kecamatan itu terhenti, setiap pagi sampai menjelang siang, dan anehnya tak ada lagi perkelahian antar warga desa yang sekarang sama-sama bergerombol dalam kerumunan dihadapan laki-laki penjual pantun itu. Padahal untuk mendamaikan ke empat desa tersebut, semua pihak sudah turun tangan, termasuk Bupati, namun ada saja yang membuat permusuhan desa-desa itu tak bisa di redam.


Laki-laki itu selalu berbicara dengan pantun, dibalik kewarasan yang diragukan banyak orang. Dalam setiap awal penampilannya disudut pasar, setiap pagi laki-laki itu membacakan pantun berikut:

“Burung maut mengintai dibalik sarang megah

Menanti mangsa yang sedang berkelana

Negeri Sengkarut negeri yang indah,

Mengapa rakyatnya hidup di balik merana

Dan setelah itu biasanya para pengunjung bertanya macam-macam, yang selalu dijawab dengan pantun.

Sampai akhirnya berita mengenai hadirnya seorang laki-laki setengah waras disudut pasar itu sampai ke telinga Camat Durjonomo. Camat tersebut penasaran seperti apa laki-laki yang ketenarannya telah mengalahkan dirinya itu. Yang membuat seisi kecamatan seperti terhenti kegiatannya dari pagi sampai menjelang siang dan penduduk ramai-ramai bergerombol di sudut pasar hanya untuk menyimak perkataan aneh dari seseorang yang dianggap kurang waras. Dan esok paginya, hadirlah sang Camat disudut pasar, menyamar sebagai petani di tengah-tengah gerombolan penduduk kecamatan. Sang camat dengan tenang dan cermat menyimak apa saja yang disampaikan oleh laki-laki penjual pantun disudut pasar itu.

Kemudian keesokan paginya, sang camat kembali lagi ke pasar itu, tapi kali ini dengan disertai Muspika. Mereka bertiga hadir dengan pakaian dinas serta mengajak beberapa aparat berseragam, menyeruak diantara penduduk bergerombol mengerumuni laki-laki penjual pantun. Dalam sekejap, laki-laki itu ditangkap aparat dengan alasan telah mengganggu ketenteraman warga, menghambat pembangunan, dan mengganggu stabilitas ekonomi kecamatan. Rombongan kecamatan tersebut menggelandang laki-laki penjual pantun dan meninggalkan warga yang masih belum mengerti mengapa laki-laki itu dijadikan kambing hitam macetnya pembangunan wilayah kecamatan yang baru saja dirintis sang camat.

Sampai akhirnya laki-laki setengah waras itu dipenjara di Polsek Sengkarut, dengan tuduhan makar. Para petugas yang menginterogasi pun kesulitan menanyai laki-laki itu, karena setiap pertanyaan selalu dijawab dengan pantun. Bahkan ketika pengadilan pun digelar, masih saja laki-laki itu bicara dengan pantun. Tak ada yang benar-benar memahami maksudnya. Kemudian karena tak paham betul apa yang diucapkannya, laki-laki itu dipenjara sampai mau berbicara normal seperti orang-orang kebanyakan.

Tak lama setelah kisah laki-laki penjual pantun yang berakhir di penjara polsek sengkarut, keempat desa di kecamatan sengkarut rusuh lagi. Mereka saling tuduh, mencari penyebab ditangkapnya laki-laki penjual pantun itu. Dendam lama yang sempat terhapus kini muncul lagi. Keempat warga desa tersebut saling serang, tak ada yang mau mengalah.

Dan negeri sengkarut pun kembali carut marut. .

04 Maret 2008

mukadimah

setelah sekian lama, enggan mengulik huruf-huruf di keyboard.
akhirnya lahir kembali sebuah blog ini
demi sebuah saluran ekresi dan sekresi dari kelenjar-kelenjar otak
yang terus bergerak secara motoris mencari jalan keluar
menjadi sebuah ide, konklusi, hipotesis, atau sekedar rumor dus gossip..